Tokoh Pemuda yang kini menjabat Anggota DPD RI Muh Asri Anas menjadi pembicara inti pada acara Temu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Indonesia Timur dengan tema "Dari Timur Indonesia Bangkit". Kegiatan ini digelar di Gedung Training Centre Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Senin (13/06/2011). Hadir Gubernur Sulawesi Selatan, Dr H Syahrul Yasin Limpo SH M Si MH dan Rektor UIN Alauddin Makassar serta para aktivis mahasiswa. Sebagai Tokoh Pemuda, Asri Anas menegaskan hanya ada dua modal besar untuk bangkit bagi para pemuda. Yakni modal pengetahuan dan penguasaan informasi dan teknologi. "Tidak ada artinya jadi aktivis jika tidak memiliki personal kapasity. Dari personal kapasty itulah yang akan menjadi modal dalam kekuasaan pemuda sekarang," kata Asri Anas. Gubernur Sulawesi Selatan, Dr H Syahrul Yasin Limpo SH M Si MH membawakan dengan Tema dari Timur Indonesia Bangkit. Dalam dialog tersebut selain dihadiri oleh Gubernur, juga hadir Rektor UIN Alauddin Makassar dan juga dari Tokoh Pemuda sekaligus anggota DPD RI, Asri Anas. Untuk menjadikan dari Timur Indonesia bangkit, Gubernur menekankan pada unsur rasa nasionalisme yang harus dipertahankan, dari Rektor UIN sendiri menginginkan dari segi pendidikan yang harus ditekankan. Dan, terobosan baru dari tokoh pemuda menginginkan kembalinya agenda reformasi.
"Selain dari unsure nasionalisme yang harus dikembangkan juga dari sector pendidikan. Sector pendidikan yang dimaksudkan di sini adalah mengenai demensi hati, demensi otak, dan behavior (tingkahlaku)," kata Gubernur ketika menjawab salah satu pertanyan dari perwakilan Dedikasi Muhammadiyah Buton yang bernama Ajnan ketika mempertanyakan indicator apa yang semestinya digunakan untuk menciptakan Indonesia Bangkit dari Timur.
Sebelum mengakhiri dialog tersebut, Rektor UIN Alauddin menyatakan bahwa sebetulnya ada yang hilang dari bangsa ini. Yakni karakter bangsa. Penegasannya jangan hanya pada konsep karakter tersebut dibikin akan tetapi juga pada segi actionnya atau pelaksanaannya. "Seribu kali melakukan seminar kemudian satu kali action itu sama sekali belum berarti," tambah Rektor. (Uin-net*)
Sebelum mengakhiri dialog tersebut, Rektor UIN Alauddin menyatakan bahwa sebetulnya ada yang hilang dari bangsa ini. Yakni karakter bangsa. Penegasannya jangan hanya pada konsep karakter tersebut dibikin akan tetapi juga pada segi actionnya atau pelaksanaannya. "Seribu kali melakukan seminar kemudian satu kali action itu sama sekali belum berarti," tambah Rektor. (Uin-net*)
Terakhir Diperbaharui pada Selasa, 14 Juni 2011 09:56
0 tinggalkan komentar Anda:
Posting Komentar